9 OKTOBER 2014
SURAT PERTAMAKU DARI REKTOR
“Aku
tidak boleh diam”. Itu janjiku 3minggu yang lalu. Info beasiswa ini disampaikan
langsung pada upacara pembukaan Ospek oleh Rektor Unmer, Bpk Prof.Dr.Anwar
Sanusi, SE.,M.Si di sela-sela sambutannya. Double Degree ini adalah salah satu
beasiswa internal di Unmer. Beasiswa ini dibuat sedemikian rupa sehingga
nantinya anak-anak yang terpilih akan diberi pendidikan D-3 Bahasa Inggris
secara gratis dan pastinya mendapatkan emblem titel sarjana diploma.
Tiap
hari info itu kupegang dan kupertanyakan kepada dosen, dekan, staf, atau
senior. Namun mereka mempunyai satu suara “kalo masalah itu saya tidak tahu
persis” atau “tunggu saja pengumumannya”. Rasanya kurang puas mendapat jawaban
itu semua, jawaban bermakna ngambang. Akhirnya beberapa hari kemudiansetelah
jam kuliah selesai, kuberanikan diri pergi kegedung rektorat untuk mencari
informasi. kebetulan siang itu Kak Firman sudah selesai dengan kepentingannya
dikampus dan memutuskan menemaniku mencari info itu, ia adalah sosok makhluk
hebat dari fakultas hukum.
Setelah
berputar-putar digedung rektorat, kami bertemu dengan Kak Mail, president BEM
Unmer dan mengarahkan kami ke bu Nunu. Kebetulan waktu itu Ibu Nunu lagi
bersantai diruangannya. “infonya sudah dikirim keseluruh fakultas, ini dia list
anak-anak yang terpilih” Ibu Nunu menjelaskan. Ada 114 anak yang terpilih dari
seluruh fakultas angkatan 2014, dua belas diantaranya adalah anak psikologi,
dan namaku tidak tertera disitu. Bahasa dan mimik ku kubuat sedikit memohon
untuk diberi kebijakan, namun gagal. “coba kamu langsung datang ke gedung
bahasa inggris, coba aja lobby disana sama yang mengurus langsung, siapa tahu
dapat izin” kata terakhir dari Ibu Nunu.
Perjalananku
kulanjut sendiri. Disetiap langkahku hatiku terus berdoa semoga bisa diberi
kesempatan ini. Kutemui seorang dosen wanita, entah siapa namanya, namun dari
bentuk meja, ruangan dan perilakunya sepertinya ia dekan. Aku memulai bercerita
tentang niatku berkunjung disana. Ia lalu menyuruhku berbicara pada dosen lain
yang mengurus bagian beasiswa itu. Kemudian kutemui seorang dosen laki-laki
bertubuh kurus dengan senyumnya yang sedikit memudar akibat rasa capek siang
itu. Aku mengulang ceritaku lagi, namun kali ini sedikit lebih dalam dengan
bahasa tubuh yang kuolah untuk membantu. Suasana lalu
cair akan keakraban kami. Pertanyaan-pertanyaan diluar tujuan mulai terlontar
dari komunikasi dua arah kami yang di akhirnya terdapat solusi. Aku boleh ikut
katanya, namun terdaftar sebagai pemohon di jalur mandiri. Aku juga tetap harus
ikut tes toefl untuk melihat kepantasanku bergabung dengan anak-anak pilihan
dengan nilai rapor plus nilai UN tertinggi di Unmer yang menyaring 114 nama
menjadi 50 nama dan nantinya dibagi menjadi dua kelas. “siap, makasih banyak
pak” aku dengan semangat menjawab.
Hari
itu usahaku berhenti disitu. Kebijakan sudah kudapat, dan itu luarbiasa. Fikir
ku saat itu selain mendapat ilmu banyak di lingkaran orang-orang hebat 2014,
aku juga bisa mendapat titel lain selain dari perjuanganku di Psikologi. Aku
sangat mengetahui ini akan berjalan tidak mudah, mengingat jam kuliah dari pagi
sampai malam akan menguras tenaga, fikiran, semangat, dan juga uang saku. Belum
lagi jadwal yang padat ini akan mempengaruhi gerakan-gerakan pengembangan diri
yang lain seperti ber UKM, berorganisasi, berkomunitas, dll.
Besoknya
aku mengikuti tes toefl dengan sedikit kendala. Pensil pijaman yang kugunakan
selalu patah, padahal tes sudah berjalan. Rautan sudah bosan membantuku sejak
dari tadi. Teman disekitar juga menggelengkan kepala ketika aku bertanya dengan
niat meminjam pensil lagi. Bagian paling kacau adalah saat listening. Aku harus
melingkari LJK dengan mata pensil yang panjangnya hanya sekitar 1cm. Saat itu
aku berterima kasih kepada Tuhan telah memberiku pengalaman akan pentingnya
kuku di jari-jari kusamku. Di bagian listening itu aku hanya mengisi sekitar
5nomor hasil dari pendengaranku, selebihnya hanyalah tangan Tuhan yang memberi
insting di kepalaku akibat kaset yang tidak bisa menunggu lingkaran di LJK ku
ter penuhi satu persatu. Ada rasa cemas disana saat itu. Namun harapan kecil
itu tetap menopang dagu ku untuk melempar kebahagiaan.
Beberapa
hari terlewatkan.
KEPADA
: Yth Achmad Fauzi Hasyim (Psy)
Ada
susunan surat resmi dan pasalnya yang agak ribet. Menimbang, mengingat,
memutuskan, tembusan, dan tanda tangan rektor yang terlewatkan dari perhatianku
di dua lembar pertama.
Di lembar ke tiga, ternyata ada namaku pada list
yang berhasil lolos tes toefl dan di pastikan berhak untuk menempuh pendidikan
bahasa inggris di UNMER Malang. Senyum kecut mulai terhias di wajah.
Satu
yang kuingat adalah Akhirnya aku bisa mengirimkan pesan singkat pertama
berbumbu rasa senang kepada bapak dan mama di rumah selain hanya meminta uang.Semoga
ini awal yang baik untuk kabar-kabar baik lainnya di hari-hari berikutnya.
Makasih Tuhan, makasih UNMER.