Kali ini kita akan bercerita
dan berbagi mengenai sebuah hasil interpretasi melihat kehidupan di zaman kita. Saat ini, zaman
kita mengalami sebuah revolusi yang cukup mengekang manusia untuk berbuat lebih
lagi. Entah ini karena ada percikan dari paham-paham yang sudah kita cicipi
bersama baik itu komunisme, liberalisme, feminisme, atau paham lainnya, bahkan
ada alasan lain yang tidak terjangkau karena melibatkan alasan yang lebih
kompleks.
Berangkat dari pengertian,
apa sebenarnya revolusi itu? Jadi, Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat
dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di
dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk
merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang
baru.
Pada abad 18 dan sebelumnya,
sebuah argumen-argumen bisa menjadi sebuah harta benda yang sangat bernilai
mahal. Otak-otak cerdas, wawasan, kritikan, pendapat, opini yang terlontar
begitu diagung-angungkan pemiliknya. Banyak penghargaan yang tercipta dari
sana. Namun memasuki era abad 19 hingga milenium ke-3 sekarang ini, Sebuah Karya bisa melebihi kecerdasan retorika.
Terlalu banyaknya orang cerdas membuat generasi berikutnya sedikit jenuh. Kita bisa
amati dilingkungan sekitar, ketika karya-karya bisa membungkam suara mulut. Orang-orang
cerdas mulai dikalahkan oleh orang-orang yang mempunyai karya. Walaupun sebuah
karya biasanya dimulai dengan retorika, Bukan berarti yang berkarya tidak
cerdas, tetapi ketika kecerdasan tersebut di berhasil di jalankan hingga
menghasilkan sebuah karya, itu akan lebih luar biasa. Karya menunjukkan
kedudukannya beberapa langkah lebih maju. Kerjakanlah sebuah karya apapun itu
selama menurut kalian itu positif. Apapun jurusan kalian saat kuliah atau
minat-minat anda disuatu bidang, berkarya lah disana. Bagaimana sebuah teori
pun adalah sebuah karya jika di dibantu oleh karya tulis. “sebagai orang tua
zaman ini yang menjadi pendidik utama bagi anak, jangan tanyakan mau jadi apa
nantinya anak anda? Tetapi mau melakukan dan berbuat apa nantinya” kata, Anies
Baswedan. Revolusi saat ini adalah revolusi berkarya.
Daniel H. Pink dalam bukunya
“A Whole new Mind”, mengatakan Why right brainers, will rule the future. Siapa yang
berotak kanan, akan mengendalikan dunia. Maksud Daniel disini, bukan manusia
tanpa otak kiri, melainkan saat ini kita sedang berada pada transisi dimana
hal-hal yang dikatakan pekerjaan oleh otak kanan mulai disamaratakan dengan
kiri. Sebelumnya untuk lebih memahami saya sarankan untuk membaca tulisan
sebelumnya mengenai “OTAK KANAN DAN KIRI” agar lebih paham ke pembahasan
selanjutnya. Walaupun sebenarnya otak kanan dan kiri bekerja secara tandem
tanpa memisahkan dan memberatkan sebuah tugas pada satu sisi saja. Namun tidak
ada bahasa lain yang mungkin bisa membantu menjelaskan hal ini selain otak kiri
dan kanan.
Nah, saya beri contoh. Misalnya,
saat anda berjalan ke sebuah supermarket untuk membeli sebuah tempat sampah,
anda akan dihadapkan pada sebuah jejeran tempat sampah yang sangat bervariasi
mulai dari bentuk, warna, harga, dan bahan. Mari kita ambil dua sampel, yang
pertama ada sebuah tempat sampah berbentuk kotak biasa, berwarna hitam, bahan
plastik, dengan harga semisal Rp.20.000, sementara tempat sampah kedua berbahan
yang sama yaitu plastik, namun bentukya lebih unik, ada gambar dan tulisan yang
menyeruh, dengan warna indah. Walaupun harganya mungkin Rp.30.000, tempat
sampah jenis kedua ini kemungkinan 80% akan di beli oleh pengunjung. Itu artinya
pengguna otak kanan sukses memasarkan produknya. Sekarang hampir diseluruh
aspek suatu karya tidak hanya mementingkan
tentang fungsi saja (otak kiri) namun keindahan (otak kanan) yang
di bumbui disana akan menghasilkan sebuah karya yang bernilai lebih.
MARI BERKARYA, DAN BUAT KARYA ITU LEBIH INDAH