AKU
LEBIH SUKA BELAJAR MATEMATIKA (SULIT) DIBANDING BELAJAR MUSIK (HOBI)
Judul yang aneh memang, tapi kita sering menemukan
kasus seperti ini. Letak permasalahan sebenarnya adalah para pengajar baik itu
dosen, guru, atau tentor. Kecendrungan sekarang yang terjadi di masyarakat
adalah kesukaan atau rasa minat terhadap suatu pelajaran berbanding lurus
dengan sikap dan sifat para pengajarnya. Kita kadang merasa belajar fisika itu
lebih asik dan nyaman dengan pengajar yang baik, seru, perhatian, murah senyum,
dibandingkan dengan seni yang mayoritas sebenarnya pelajaran yang diminati
namun menjadi menjenuhkan ketika pengajarnya bersikap tegang, suka marah, dan
sikap lainnya yang membosankan.
Untuk menjelaskan fenomena ini, mari kita kawinkan
dengan teori belajar dari Pavlov. Namanya Classical Conditioning atau biasa
disebut pengondisian klasik. Untuk menjelaskan teori ini, mari simak
Pavlov bekerja. Ketika Pavlov membuka kaleng penutup makanan anjing dan memberinya makanan, si anjing akan
mengeluarkan aktivitas sekeresi asam perut dan salivasi sebagai respon, dan
yang anehnya ketika penutup kaleng berbunyipun si anjing sudah memperlihatkan
aktivitas sekresi dan salivasi ini. Ia melihat bahwa anjing tersebut tidak
hanya merespon berdasarkan kebutuhan biologis (rasa lapar), tapi juga hasil
dari proses belajar(bunyi penutup kaleng makanan) sebagaimana hal ini disebut
pengondisian klasik. Pengondisian Klasik adalah tipe
belajar dimana stimulus netral (seperti suara kaleng makanan) dapat memunculkan
respon setelah dipasangkan dengan stimulus (seperti makanan) yang biasanya
mengikuti respon tersebut.
Untuk mendemonstrasikan ini, Pavlov memasang sebuah tabung kelenjar ludah
ke seekor anjing agar dapat dengan tepat mengukur salivasi yang terjadi pada
anjing tersebut. Ia kemudian membunyikan sebuah bel (sebagai stimulus netral)
dan memberikan daging(sebagai stimulus respon selevasi) beberapa detik
setelahnya. Peristiwa ini di ulangi secara terus-menerus dengan hati-hati dan
persen waktu pemberian daging setelah bel hampir sama. Pada awalnya anjing
tersebut akan berliur ketika daging didatangkan, tetapi lama kelamaan anjing
akan berliur ketika mendengar suara bel. Dan pada kenyataannya bahkan anjing
terebut masih berliur ketika hanya mendengar bel.Ini berarti anjing tersebut
telah secara klasik terkondisi untuk mengeluarkan air liur setelah mendengar
suara bel.
DAGING –
SALIVASI
BEL – DAGING
– SALIVASI
BEL -
SALIVASI
Begitupun pengajar terhadap muridnya. Ketika di awal
pertemuan antara pelajar dan pengajar, kita secara tidak sadar akan membangun
sebuah pemahaman dari proses belajar pengondisian klasik. Ketika pengajar
berwajah murung datang dan dalam prosesnya kita melakukan sebuah kesalahan yang
menyebabkan ia marah, makan konsep ini akan tertanam.
SALAH
– MARAH – PELAJAR TEGANG
MUKA
MURUNG – SALAH – MARAH – PELAJAR TEGANG
MUKA
MURUNG – TEGANG
PENGAJAR
MASUK – SEMUA TEGANG
Nah ketika
semua pelajar sudah merasakan hal ini, maka pelajar akan menanamkan konsep ini
kealam bawah sadarnya. Dari alam bawah sadar ini akan membentuk sebuah Mental
Block berupa kesulitan menangkap, tegang, cemas, dan hal-hal lain yang
pastinya membuat materi yang dibawakan menjadi susah dan tidak menyenangkan.
Lain halnya ketika pengajar menanamkan dari awal
sikap dan sifat ramah, baik, pengertian, juga disiplin kepada pelajar. Maka pelajar
akan membangun konsep menyenangkan di alam bawah sadar yang akan membuat
pelajaran mudah dimengerti, suasana terasa bahagia, dan emosional lainnya yang
positif.
Apa sih yang harus kita lakukan sekarang?
Kan tidak mungkin kita memberitahukan kepada guru,
tentor, atau dosen bagaimana cara mengajar yang baik dan nyaman. Kita juga bisa
memperhatikan sebuah realita, bahwa di institusi manapun kita akan selalu
mendapatkan pengajar yang menyenangkan, dan tidak menyenangkan, entah ini
sengaja dibuat, atau memang ini adalah hukum alam hahaha. Namun karena sudah
mengetahui bagaimana proses penyebab rasa emotional kita terhadap pengajar,
maka bangunlah dan tanamkan konsep baru dalam diri masing-masing bahwa ini
hanyalah dinammika kehidupan yang membuat hidup dan belajar menjadi lebih dramatis
dan seru. Lagipula pengajar-pengajar yang tidak menyenangkan biasanya membantu
rasa malas kita menjadi sebuah keharusan yang dimana jika keharusan tersebut
terus dilakukan akan menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi karakter kita
untuk menghadapi dunia dan masalah lainnya.
Bagaimana dengan pengajar yang mencoba insaf dari
hal yang membuat pelajar tidak menyenankan ? hahaha
Tenang, Pavlov juga menjelaskan bahwa ada namanya Kepunahan dalam pengondisian klasik .Dimana
kepunahan ini terjadi karena respon yang sebelumnya telah terkondisi menurun
dalam hal frekuensi bahkan menghilang. Secara keseluruhan pemusnahan terjadi
ketika stimulus terkondisi ditampilkan berulangkali tanpa stimulus tidak
terkondisi.
Jadi bagi para pengajar, cobalah untuk membuat sikap dan sifat baru dalam
proses belajar mengajar. Ini akan membantu proses anda member materi kepada
pelajar agar lebih mudah ditangkap.