Sangat
mencerahkan untuk bisa menyaksikan ibu baik yang cerdas ini menyampaikan hasil
tampungan dan olahan di kepalanya dalam perjalanannya berusaha meruntutkan
pencapaian-pencapaian manusia sampai tiba saatnya dia harus mandiri
memposisikan diri terhadap seluruh perjuangannya yang sama seperti perjuangan
banyak manusia, untuk mengisi hasrat yang sudah dititipkan dengan
jawaban-jawaban penjelasan mengenai kehidupan. Ialah Karlina Supelli dengan
jalan pencarian panjangnya melalui jalur sains.
Seorang kosmolog yang juga ahli dalam bidang filsafat serta turut andil
dalam gerakan aktivis kemanusiaan yang terlibat perlawanan terhadap rezim
militer Orde Baru.
Dalam
ceramahnya yang disampaikan pada 18 Juni 2016 yang diselenggarakan oleh Teater Salihara (mohon menyingkirkan sejenak label tentang salihara dan terik manfaat apa yang mereka lakukan) dengan tema
“Kosmos dan Masalah Kebebasan Tuhan” (nonton: youtube) , ia mengahiri kebingungannya
yang sangat manusiawi dengan argumen bahwa ia cemburu dengan para seniman
seperti sastrawan yang lebih bebas dalam melihat dan melaksanakan dunia, sementara
sains begitu ketatnya mendasari diri yang akhirnya dikatakan bahwa sebenarnya
sains sendiri memberi pesona keindahan yang berbeda dan itu membuat banyak
ilmuwan menjadi nyaman untuk tetap melanjutkan perjuangannya melakoni hidup di jalan itu.
Karena kosmologi pun menurutnya, mungkin bungkam pada suatu titik dimana ada
fakta yang tidak dapat diabaikan yang membawa kerinduan naluriah. Karena sama
dengan yang dijelaskan Hawking dalam The
Grand Design bahwa seluruh gambaran teori pada akhirnya hanyalah spekulasi
yang luarbiasa rentannya menjabarkan realitas asli (baca: realitas).
Karlina
Supelli mengakhirinya dengan sedikit puitis, untuk setidaknya menyampaikan
pengetahuannya yang secara implisit mengajak serta kehidupannya yang dia sadari
tak akan terlepas dengan seluruh berkah berupa perasaan sebagai seorang manusia
bahwa “antara Kosmos dan Tuhan barangkali ada jeda yang tiada habis senyapnya. Dan yang paling melegakan, setidaknya bagi saya yang telah habis
terbentur-bentur, jatuh berkali-kali, paling tidak berhadapan dengan bahasa
sabda yang pasti dan hukum-hukum sains yang nampak pasti seperti itu,
berandai-andai menolong saya menemukan ruang umpama. Maka kita mengembangkan
imajinasi, dan imajinasi itu bebas”.
Memang rumit
berhadapan dengan dualisme. Barat dan timur, sains dan agama, makan ini atau
itu, mencintai kamu atau dia. Maka dengan mengandaikan Tuhannya berada di pojok
tak tersentuh bersembunyi membuat Karlina Supelli justru mampu membebaskan
dunia yang akhirnya membebaskan Tuhan.
Fritjof Capra,
juga telah mengambil sikap yang hampir sama. Setelah pergolakannya yang
menghasilkan karya tulisan berupa “The Tao Of Physics” upaya menyingkap
kesejajaran antara fisika modern dan mistisme timur. Dengan 6 gagasan akhir
Paradigma baru yang sangat mencerahkan lewat sistem swa-organisasi. Yaitu
1. Menghubungkan bagian menjadi keseluruhan dan
berakhir lebih simetris. Artinya semua bidang dpahami melalui dinamika dari
keseluruhan. Seperti tidak menganggap ilmu yang satu berbeda dari yang lain.
2. Pergesaran berpikir dalam konteks struktur
menuju berfikir dalam konteks proses. Artinya bahwa setiap struktur yang kita
amati adalah suatu manifestasi dari proses yang mendasarinya.
3. Pergeseran dari sains objektif ke sains
epistemic. Bahwa epistemology-pemahaman akan proses berpengetahuan harus
disertakan secara eksplisit tentang fenomena alam.
4. Mengganti fondasi pengetahuan yang dianggap
kukuh dimasa depan menjadi perumpamaan jaringan. Maka dengan begitu deskripsi
kita baik itu konsep, model, dan teori akan menyusun suatu jaringan yang saling
terhubung yang merepresentasikan fenomena yang teramati. karena konsep kita hanya sekedar konsep yang coba dilekatkan pada
realitas sebenarnya.
5. Pergeseran dari kebenaran menuju
deskripsi-deskripsi aproksimasi (kira-kira). Karena semua terhubung, kita harus
memahami semua, tapi bagaimana bisa? Kita sangat terbatas, mustahil. hanya mengira-ngira realitas
6. Pergeseran metode dan nilai dari sikap
mendominasi dan kendali atas alam termasuk umat manusia dalam ilmiah menjadi
sikap kerjasama dan antikekerasan terhadap manusia, alam, dan cara kita berpengetahuan.
Dalam hal ini sejarah mempersonifikasikan pada Francis Bacon yang dengan
kelewat bersemangat dan seringkali bernuansa kejam untuk menundukkan alam yang
sifatnya liar untuk bisa melayani dan memperbudak. Dengan menyiksa alam untuk maksa memberikan rahasia-rahasianya.
Akhirnya pun
fisika, sebagai imam bagi bentuk sains yang lainnya, kehilangan peran dan berdampak pada sains lain semisal psikologi yang memakan waktu cukup panjang mencari jati dirinya bahkan sampai saat ini. Desakan
umat manusia hari ini untuk menyadari bahwa kita sudah melewati batas akan
alam. Dan kita sudah terlalu jauh memanipulasi kesadaran murni dengan
perkembangan materialistic.
Capra sudah
menyampaikan pentingnya berposisi dalam menjalankan peran masing-masing. Di
karya selanjutnya ia kemudian ia menemukan pertentangan kapitalisme global dam
perencanaan eco-design yang berwawasan ekologis. Perjalanan keduanya menjadi
tabrakan. Ia merasa harus mengubah sistem nilai yang mendasari ekonomi global
sebelum terlambat. Dan dengan jelas, jernih dan praktis
bukunya The Hidden Connections memperlihatkan pada kita bagaimana caranya.
Sama halnya
pentingnya kita menemukan diri. Mencari gambaran ritme tarian diri
masing-masing untuk sesegera mungkin mampu menghayati dan bergerak dalam proses
hidup masing-masing. Dengan begitu, saya pikir setiap saat dalam langkah
berkehidupan akan menjadi sebuah doa, harapan, dan perjuangan dengan garis finish yang sama
kita rasakan, dimana ujung dari semua ini menjadi hal misterius terbesar yang
mendorong kita untuk tetap memperjuangkan hal itu. lagi pula hal apalagi yang
menarik bagi manusia jika pencariannya telah usai? Jika segala sesuatu telah
menjadi kepastian? Dimana lagi letak estetika hidup? Ketegangan, jatuh cinta,
cemburu, gusar, bahagia? padahal dengan instrumen manusia yang ada, membuat hal yang baik mengalir disetiap partikel
kehidupan, pun yang tidak baik untuk dirasakan yang semua akan saling hadir
dalam panggung eksistensi bermanusia di proses pencariannya. Maka menemukan
diri adalah langkah yang sangat bijak untuk memposisikan diri dalam perannya di
dunia.
Apakah kita
harus semuanya menjadi ilmuwan dan melakoni setiap detail-detail di
laboratorium? Kita saling bahu membahu. Menyampaikan temuan masing-masing.
Karena segalanya begitu besar, bisa saja di zaman itu Aristoteles, Plato, atau
Galileo mampu mengetahui banyak apa yang terjadi dengan kemajuan pengetahuan
saat itu, namun sekarang semua sudut bergerak sangat cepat, sangat luas, sangat
dalam, dan hampir dipastikan siapapun dia, bagaimanapun kesungguhannya untuk
belajar, selalu saja ada yang luput dan tidak ia ketahui.
Misalkan saja Erie Setiawan
sebagai pakar musikologi juga telah memposisikan dirinya. Menemukan dirinya
untuk melakoni hidup pada jalur musik. Perbedaan epistemology dan keabstrakan
musik malah menjadi salah satu jalur terselubung yang membuahkan arah yang
sejalan dalam pencerahan kesadaran bermanusia seutuhnya. Dengan pilihannya
memasuki alam musik, ia kemudian banyak memberitakan hasil temuan-temuannya
yang sangat indah dan mendidik yang selalu di kabarkan beliau lewat ceramah formal, diskusi,
dan dalam tulisan-tulisannya.
Tapi sebentar
lagi saya harus melakukan banyak keharusan yang tidak sesuai ritme diriku. Kadang-kadang
aku keras terhadap apa yang kuanggap penting untuk kulakukan. Karena mudah saja
bagiku untuk membentuk alasan agar tidak mengikuti tarian. Tetapi saya
menyadari banyak selimut kemalasan disana. Nietzsche membuktikan keteguhannya
dan sangat keras untuk hal itu. Lagian itu semua menjadi Swa-organisasi kehidupan kata Capra. Jadi hadapi saja, tidak dihadapi pun toh tetap penjadi penghadapan dengan cara yang berbeda.
Melelahkan memang berjalan sendiri.Setelah ini, Tidak
perlu lagi apa isinya, saya butuh berbicara dengan seseorang sekarang. Aku sudah mempelajari bagaimana bisa
menjinakkan serigala dari setiap cambukan bunyi kata-kata angin, busuk, basi. Namun
tak terduga, ada saja makna tersembunyi yang bisa kupetik dari perjumpaan. Dan ini yang membuatku sedikit tenang. Tabrakan dalam
dansa menjadi hal yang lucu dan sangat wajar. Karena kita sesungguhnya tidak
sedang berkompetisi.
0 komentar:
Posting Komentar