SIAPA BILANG PEROKOK PASIF PUNYA EFEK LEBIH BURUK?
Saya rasa teman-teman sudah tau
yang mana perokok aktif dan yang mana perokok pasif. Dari tulisan ini saya
hanya ingin meninjau ulang sebuah informasi yang sudah beredar di kalangan kita
dan di imani sampai sekarang bahwa “efek buruk perokok pasif lebih besar 3kali dari
perokok aktif itu sendiri”. Nah berangkat dari sini saya terus bertanya , kok
bisa? Walaupun perdebatan ini sudah lama mendiami kepalaku, namun baru saat ini
saya mau membagi hasil perdebatannya. Hehehe....
Jadi ini semua berasal dari riset di Amerika yang berkesimpulan bahwa terdapat dua jenis perokok, yaitu perokok aktif adalah orang yang mengisap rokok secara langsung, dan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi mengirup asap rokok yang diembus perokok aktif, dan efek buruk yang didapat oleh perokok pasif 3kali lebih banyak dibanding perokok aktif. Dari riset ini pula mereka mulai membenahi sistem untuk tidak merokok disembarang tempat apalagi didalam ruangan. Setiap gedung sudah dibangun “smoking area”. Akhirnya hampir disemua negara megaplikasikannya. Walaupun di Indonesia sistem ini masih sulit diberlakukan, mengingat karakter, budaya masyarakat masih sulit untuk ini. Belum lagi ketergantungan indonesia akan tembakau masih besar dilihat dari sumbangan tembakau untuk cukai, sponsor-sponsor yang aktif dalam event baik musik, olahraga , dll masih di pegang oleh brand tembakau.
setelah membaca beberapa artikel mengenai
dampak perokok pasif, secara garis besar mengatakan hal yang sama. kita ketahui bahwa rokok mengandung 4000 zat kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh. Yang pertama
racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang
sedang tidak dihisap, sebab asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran
tembakau yang tidak sempurna. KemudianYang kedua Perokok aktif
dikatakan lebih baik karena menghirup rokok dengan filter, sedangkan perokok
pasif menghirup rokok tanpa filter. Apalagi asap yang dikeluarkan dari mulut
perokok aktif mengandung racun lebih banyak yang berdampak kepada perokok pasif
disekitrnya.
Nah kritiknya adalah perokok aktif akan tetap
menjadi subjek yang mendapatkan efek buruk lebih besar dibanding degan perokok
pasif karena yang pertama logikanya adalah baik perokok aktif maupun pasif akan tetap berada pada ruangan
dengan posisi yang sama. Ketakutan akan racun yang berada di ujung rokok hasil
pembakaran tidak sempurna akan di hirup oleh tidak hanya perokok pasif, tetapi
juga perokok aktif. Asap yang dikeluarkan dari dalam mulut perokok aktif secara
tidak langsung juga akan dihirup lagi oleh perokok aktif itu sendiri. Selanjutnya
masalah perokok aktif mempunyai filter sedangkan perokok pasif menghirup tanpa
filter. Terus bagaimana dengan rokok kretetek? Rokok cerutu? dan jenis lain yang
tidak memakai filter? Lagian yang menghirup adalah hidung. Padahal kedua hidung
perokok aktif dan pasif sama-sama tanpa filter.
Jadi intinya apa yang dialami perokok pasif pasti
dialami oleh perokok aktif, namun tidak semua yang dialami perokok aktif di
alami oleh perokok pasif. Perokok pasif yang diketahui lebih berbahaya 3kali
lebih besar dibanding perokok pasif itu sebenarnya agak keliru. Lagian berapa
sih perbandingan angka di rumah sakit pasien perokok aktif dan pasif ? kalau
memang perokok pasif berbahaya 3kali lipat seharusnya lebih banyak pasien dari
perokok pasif dong. Namun saya setuju dengan perokok pasif bayi dibawah umur 5tahun.
Karena memang fungsi organnya masih sangat sensitif
Tetapi, jalan terbaiknya adalah ketika kebiasaan merokok dihilangkan, yang pada akhirnya tidak ada perokok aktif dan pasif. Terlepas dari yang mana menimbulkan Efek buruk yang lebih tinggi,
itu akan tetap menjadi efek buruk. Sikap saling mengerti satu sama lain juga
harus ditingkatkan, dimana perokok aktif harus melihat suasana sekitar sebelum
merokok, dan perokok pasif sebaiknya menghindar secara perlahan ketika melihat
perokok aktif yang tidak perduli dengan lingkungan sekitar.
It is just my
opinion :)
Ooh. begitu rupanaya. ya ya ya
BalasHapusterima kasih infonya :D