5.8.15
Hari apapun rasanya selalu
berakhir menyedihkan, entah apa alasannya mungkin Aku sudah terlahirkan dengan
gen-gen kesedihan. Semua dapat kurubah menjadi sebuah kesedihan, Pun
kebaahagiaan. Ini kusadari berlangsung normal. Jika Tuhan yg menciptakan malaikat
untuk beribadah, saya pastilah kaum yang diberi mandat untuk membagi dan
menceritakan kesedihan kepada umat manusia lain agar kebahaagiaan mereka mampu
disyukuri lebih.
Dalam sebuah renungan kosong,
kudapati jiwaku sperti ruangan besar gelap dengan beberapa skat, dimana masing
masing skat terdapat lampu yang mampu meredup ataupun menyala terang sesuai apa
yang dialami sang Aku.
Skat yang pertama adalah KEKARIBAN-
ialah makhluk apa saja yang mampu menjadikan Aku berada, bereksistensi, mendapat
pengakuan, tempat kembali, dan segala macam singgungan indrawi. Kekariban pada
umumnya mampu hadir dengan manusia lain baik itu keluarga, sahabat, teman,
pacar, istri/suami, dll. Tak perduli berapa banyak jumlah keakraban yang
dijalin, namun yg pasti untuk dapat menyinari ruang jiwa pada skat ini,
setidaknya ada satu yang mampu menusuk kekosongan mendalam wilayah jiwa ini. Indra
bukanlah agen penentu siapa yang bisa dijadikannya pemicu cahaya, namun dengan
jalan indra, jiwa mampu memilih suatu yang tepat untuk menyalakaan dirinya.
Sikap empati dan sosial terbentuk dari keterangan skat ini. Kekariban tak lepas
pula pada teori perkembangan. Dimana setiap fase pada akhirnya memerlukan
kekariban yang berbeda.
Skat kedua adalah PENGHARAPAN-ialah
wilayah tempat bergantungnya motivasi perilaku. Untuk menyalakan lampu jiwa ini,
dibutuhkan gantungan pengharapan pada apa saja yang mampu memberi Aku harapan.
Ia bersifat universal. Pengharapan terbagi dua yaitu pengharapan kecil dan
besar. Pengharapan kecil adalah anak.anak tangga kecil yang membuat Aku dan jiwanyaa
tetap melangkah maju. Pengharapan besar mampu di ibaratkan sebagai pengharaapan
terakhir yaitu Ketuhanan.
Skat ketiga adalah MEMPERASAKAN-ialah
gudang rasa yang harus dirasakan oleh jiwa dan indra. Ia adalah dualisme rasa. Baik
sedih bahagia, susah mudah, berhasil gagal, naik turun, manis pahit dan masih bnyak
rasa fisikli dan jiwa. Semakin banyak rasa yang pernaah terasa dengan dualisme
nya maka semakin terang jiwa pada skat ini.
Aku sebaiknya memberi pemicu cahaya
pada skat di setiap wilayah jiwa. Semuanya bisa di bantu dengan pengembangan dan
penyempurnaan dengan adanya teori psikososial oleh Eric Erikson dan tingkat kebutuhan
oleh Maslow.
Ketika Aku belum bisa menerangkan
atau bahkan menyalakan ruang jiwa, bahkan pada salah satu skat jiwa. Maka Aku
akan selalu merasakan ada kejanggalan yang sulit dijelaskan. Dengan demikian
perlahan mulai kuketahui bahwa Kesedihanku menunjukkan jalan dengan menyalakan
sekaligus beberapa skat jiwa
0 komentar:
Posting Komentar