Akhirnya
dari serangkaian keputusan besarku. Aku mulai menemukan diriku yang sebenarnya,
menemukan identitasku, menemukan jati diriku. Walaupun keterasingan disini
makin meningkat, namun kembalinya diri sebenarnya terasa lebih menenangkan.
Di
dalam kampus begitu sunyi tiap hari. Saya hanya akan mendapati teman-teman semu
yang tidak mengenal saya secara penuh. Kadang saya merintih, berdoa, ya Yang
Maha, berikanlah saya satu sahabat yang berada didekatku, maka kupastikan diri akan
lebih siap menghancurkan setiap tembok penghalang itu. Namun hingga kini kenapa
semakin berat? apa saya yang salah? Orang yang mulai nyaman perlahan pergi
dengan kesibukan yang tak bisa di ganggu.
Apa
membaca itu salah? Jangan ketawa, kampus ku memang betul menjijikkan. Membacalah
maka kau akan menjadi semakin asing, menjadi semakin misterius, menjadi semakin
rumit, menjadi jauh. Sepertinya ajaran barat yang disisipkan pada sela
pembahasan mulai berhasil memudarkan pandangan yang benar menurut agama,
kultur, dan budaya kita. Bagaimana mungkin dosen itu begitu semakin tidak masuk
akal? Apa dia dosen? Kalau hanya meneruskan apa yang dibuku, berarti pelajaran
berjam-jam itu hanya perlu dibaca 5menit. Beberapa dari mereka benar-benar
NYATA menumpulkan kreatifitas berfikir. Begitu sangat NYATA, bagi yang mau
berfikir.
Pelajaran
psikologi sekarang sudah mulai mengikis perlahan kekuatan-kekuatan filosofisnya
dalam upaya memahami manusia lebih dalam. Kita berada pada masa tuntutan hal
teknis. Psikologi sekarang, di kampus menjijikkan ini, kamu akan dilatih
menjadi manusia tanpa fikiran, bersembunyi di balik alat dan teori dimana sebagian
kecil diantaranya tidak masuk akal.
Ok
maka dari itu saya memutuskan banyak keputusan besar yang terkesan
bermalas-malasan, lari dari masalah, pragmatis. Padahal jalan yang mereka lalui
bisa jadi tidak benar. saya akan menjual pemahaman pada orang tua. Jika saya
tidak begini maka cobalah hentikan otak saya, coba hentikan perasaan saya, coba
hentikan stok buku di malang, coba bunuh saya.
Tenang
pak bu. Kalian tidak mengetahui di belakang dari jam-jam tidak menyenangkan
itu, saya menyusun banyak strategi. Strategi ini sederhana tujuannya, tapi
entah kenpa begitu sulit. Yang penting saya bisa mempertahankan kemanusiaan ku,
akan kulakukan apapun yang tergores dalam hal-hal baik yang harus diperjuangkan
sesuai identitas diri, sesuai jati diri, sesuai manusia.
0 komentar:
Posting Komentar