Rabu, 04 November 2015

SEANDAINYA



Kegelisahan umat manusia akan kekuatan yang lebih besar darinya sudah ada, mungkin dari manusia pertama versi  kitab, atau sejak generasi manusia dengan kemungkinan nalar yang memadai mulai lahir versi sains. Membahas masalah seperti ini, berarti akan dan siap dibenturkan dengan jutaan sudut pandang, jutaan gagasan. Satu manusia kecil dari milliaran kesadaran manusia yang pernah terlahir di planet indah namun tidak istimewa ini mencoba berteriak “kesadaran apa ini?” ‘’kenapa saya sadar?” “saya terlalu kecil untuk disadarkan!” “dimana ini?” “apa ini?” “bagaimana ini bekerja?” “dulu bagaimana?” “dulu kenapa?” “sekarang bagaimana?” “sekarang mengapa?” “nanti bagaimana?” “nanti kenapa?”. Seolah hidup manusia dari awal hingga kini dirangkai dengan tujuan bersama mencari jawaban absolut akan pertanyaan tadi.

Kita menjadi kasian. Terlahirkan dengan beban kontinu. Terlahirkan dengan keadaan sesat. Terlahir tidak jelas. Apa yang paling jelas dari kesadaran akan hidup? Sementara estafet ini masih dan akan tetap terus berlangsung, sementara kita diberikan kesibukan sampingan akan rentetan kebutuhan yang disebut nyata dan realis. Padahal kesadaran itu menjadi konflik nyata yang kabur. Karena pada dasarnya kita manusia adalah makhluk yang teraniaya oleh dirinya sendiri, oleh kesadaran itu sendiri.
Kita sesungguhnya tidak sanggup, tidak berdaya. Muncullah dewa-dewi, muncullah mukjizat, muncullah sosok, muncullah misteri, lalu Tuhan menampakkan setitik dirinya. Akulah yang.....Akulah yang.... Akulah yang... Oh ternyata Dialah..... Oh ternyata Dialah..... Oh ternyata Dialah...... kesadaran menerima. Namun kesadaran membantah....... Sains.... sains... sains..... manusia... manusia.. mausia.... kesadaran menerima. Namun kesadaran sadar lagi, ia tapi Dia..... ia tapi Dia..... ia tapi Dia..... kesadaran sadar. Kesadaran bingung. Kesadaran sangat tidak sadar. Kesadaran terlalu sadar!!!!

Seandainya ibrahim dipertemukan dengan Thales, seandainya Yesus dipertemukan dengan Aristoteles dan Plato, seandainya Muhammad dipertemukan dengan Descartes, seandainya Deedat dipertemukan dengan Paus, seandainya Zakir Naik dipertemukan dengan Einstein dan Stephen Hawking.



Sadarlah!!! Bentar sore kamu kuliah. Jangan tidak masuk lagi. Jangan terlalu sadar, nanti tidak realis katanya. Sadarlah!!! 

 
biz.