Minggu, 15 November 2015

TERLALU


Saya mau tulis apa malam ini? Kenapa saya menulis lagi? Atau kenapa harus menulis? Atau ada apa dengan tulisan? Atau apa hubungan saya dan tulisan yang makin kesini makin akrab? Tidak tahu, begitu saja rasanya ingin menulis.

Seperti biasa, hampir bisa dipastikan bahwa arah ini akan menuju ruang sedih. Entah apa yang merasuki darah dari gen-gen hidup penyusunku. Begitu mudah dilayukan pada suasana apa saja. Rasanya sama saja, kemarin, kemarin dari kemarin, hari ini, kemungkinan besar besok, dan besok dari besok. Haruska saya menulis lagi untuk hal yang itu-itu saja? Sementara esensi dari beberapa tulisan sebelumnya mungkin segaris benang.

Apa yang terjadi sebenarnya? Semakin saya merasa menemukan, semakin semua menjadi sedih. Apa ini benar saya? Sedih? Abstrak sekali. Ayolah.... terlalu banyak yang mau dilakukan si tubuh dibanding rasa mayor ini. Menyiksa. Seperti hati yang hanya diberi satu iklim, mendung grimis.

Tuhan memberi kita hal terlalu spesial. Kesadaran dan nalar bisa menjadi apa saja. Pada akhirnya tulisan-tulisan ini hampir tidak berarti apa-apa kecuali sejarah pada waktu khayal. Apa yang sebaiknya saya lakukan selain tidur, makan dan bernafas? Tetap hidup sepertinya. Hidup yang benar benar hidup. Terlalu banyak yang mau difikirkan, terlalu banyak tuntutan. Hidup mungkin memang terlalu banyak keterlaluan, maka selama semua bisa terlalui, semua akan berlalu.


Oh iya, akhir ini media disesaki berita negara Prancis. Apapun bentuknya, subjektif ku yang kurang sehat menganggap itu hal biasa. Perasaan manusia sudah akrab dengan perang dan kematian? Yang satu dihebohkan dibanding yang lain, sekali lagi terlalu banyak misteri. Manusia dimanapun yang lagi bersedih, peluk hangat akan terbang dari hati ini menyelimuti kalian. Kuputuskan untuk tidak mengganti foto profil di Facebook dengan tiga warna transparan bukan berarti saya tidak peduli, tapi tindakan kesimpulan telah berkutat jauh dalam kepala. Dan semoga kampus ku besok tidak menambah derita manusia-manusia yang merasa sudah terlalu terkerdilkan.


 
biz.