Kamis, 27 November 2014

REVOLUSI MENGEKANG



Kali ini kita akan bercerita dan berbagi mengenai sebuah hasil interpretasi melihat kehidupan di zaman kita. Saat ini, zaman kita mengalami sebuah revolusi yang cukup mengekang manusia untuk berbuat lebih lagi. Entah ini karena ada percikan dari paham-paham yang sudah kita cicipi bersama baik itu komunisme, liberalisme, feminisme, atau paham lainnya, bahkan ada alasan lain yang tidak terjangkau karena melibatkan alasan yang lebih kompleks.



Berangkat dari pengertian, apa sebenarnya revolusi itu? Jadi, Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang baru.


Pada abad 18 dan sebelumnya, sebuah argumen-argumen bisa menjadi sebuah harta benda yang sangat bernilai mahal. Otak-otak cerdas, wawasan, kritikan, pendapat, opini yang terlontar begitu diagung-angungkan pemiliknya. Banyak penghargaan yang tercipta dari sana. Namun memasuki era abad 19 hingga milenium ke-3 sekarang ini,  Sebuah Karya bisa melebihi kecerdasan retorika. Terlalu banyaknya orang cerdas membuat generasi berikutnya sedikit jenuh. Kita bisa amati dilingkungan sekitar, ketika karya-karya bisa membungkam suara mulut. Orang-orang cerdas mulai dikalahkan oleh orang-orang yang mempunyai karya. Walaupun sebuah karya biasanya dimulai dengan retorika, Bukan berarti yang berkarya tidak cerdas, tetapi ketika kecerdasan tersebut di berhasil di jalankan hingga menghasilkan sebuah karya, itu akan lebih luar biasa. Karya menunjukkan kedudukannya beberapa langkah lebih maju. Kerjakanlah sebuah karya apapun itu selama menurut kalian itu positif. Apapun jurusan kalian saat kuliah atau minat-minat anda disuatu bidang, berkarya lah disana. Bagaimana sebuah teori pun adalah sebuah karya jika di dibantu oleh karya tulis. “sebagai orang tua zaman ini yang menjadi pendidik utama bagi anak, jangan tanyakan mau jadi apa nantinya anak anda? Tetapi mau melakukan dan berbuat apa nantinya” kata, Anies Baswedan. Revolusi saat ini adalah revolusi berkarya.


Daniel H. Pink dalam bukunya “A Whole new Mind”, mengatakan Why right brainers, will rule the future. Siapa yang berotak kanan, akan mengendalikan dunia. Maksud Daniel disini, bukan manusia tanpa otak kiri, melainkan saat ini kita sedang berada pada transisi dimana hal-hal yang dikatakan pekerjaan oleh otak kanan mulai disamaratakan dengan kiri. Sebelumnya untuk lebih memahami saya sarankan untuk membaca tulisan sebelumnya mengenai “OTAK KANAN DAN KIRI” agar lebih paham ke pembahasan selanjutnya. Walaupun sebenarnya otak kanan dan kiri bekerja secara tandem tanpa memisahkan dan memberatkan sebuah tugas pada satu sisi saja. Namun tidak ada bahasa lain yang mungkin bisa membantu menjelaskan hal ini selain otak kiri dan kanan.


Nah, saya beri contoh. Misalnya, saat anda berjalan ke sebuah supermarket untuk membeli sebuah tempat sampah, anda akan dihadapkan pada sebuah jejeran tempat sampah yang sangat bervariasi mulai dari bentuk, warna, harga, dan bahan. Mari kita ambil dua sampel, yang pertama ada sebuah tempat sampah berbentuk kotak biasa, berwarna hitam, bahan plastik, dengan harga semisal Rp.20.000, sementara tempat sampah kedua berbahan yang sama yaitu plastik, namun bentukya lebih unik, ada gambar dan tulisan yang menyeruh, dengan warna indah. Walaupun harganya mungkin Rp.30.000, tempat sampah jenis kedua ini kemungkinan 80% akan di beli oleh pengunjung. Itu artinya pengguna otak kanan sukses memasarkan produknya. Sekarang hampir diseluruh aspek suatu karya tidak hanya mementingkan  tentang fungsi saja (otak kiri) namun keindahan (otak kanan)  yang di bumbui disana akan menghasilkan sebuah karya yang bernilai lebih.



MARI BERKARYA, DAN BUAT KARYA ITU LEBIH INDAH



 
biz.