Jumat, 07 Agustus 2015

MUSE THEORY 1 : GEN KESEDIHAN

5.8.15



Hari apapun rasanya selalu berakhir menyedihkan, entah apa alasannya mungkin Aku sudah terlahirkan dengan gen-gen kesedihan. Semua dapat kurubah menjadi sebuah kesedihan, Pun kebaahagiaan. Ini kusadari berlangsung normal. Jika Tuhan yg menciptakan malaikat untuk beribadah, saya pastilah kaum yang diberi mandat untuk membagi dan menceritakan kesedihan kepada umat manusia lain agar kebahaagiaan mereka mampu disyukuri lebih.



Dalam sebuah renungan kosong, kudapati jiwaku sperti ruangan besar gelap dengan beberapa skat, dimana masing masing skat terdapat lampu yang mampu meredup ataupun menyala terang sesuai apa yang dialami sang Aku.

Skat yang pertama adalah KEKARIBAN- ialah makhluk apa saja yang mampu menjadikan Aku berada, bereksistensi, mendapat pengakuan, tempat kembali, dan segala macam singgungan indrawi. Kekariban pada umumnya mampu hadir dengan manusia lain baik itu keluarga, sahabat, teman, pacar, istri/suami, dll. Tak perduli berapa banyak jumlah keakraban yang dijalin, namun yg pasti untuk dapat menyinari ruang jiwa pada skat ini, setidaknya ada satu yang mampu menusuk kekosongan mendalam wilayah jiwa ini. Indra bukanlah agen penentu siapa yang bisa dijadikannya pemicu cahaya, namun dengan jalan indra, jiwa mampu memilih suatu yang tepat untuk menyalakaan dirinya. Sikap empati dan sosial terbentuk dari keterangan skat ini. Kekariban tak lepas pula pada teori perkembangan. Dimana setiap fase pada akhirnya memerlukan kekariban yang berbeda.
           
Skat kedua adalah PENGHARAPAN-ialah wilayah tempat bergantungnya motivasi perilaku. Untuk menyalakan lampu jiwa ini, dibutuhkan gantungan pengharapan pada apa saja yang mampu memberi Aku harapan. Ia bersifat universal. Pengharapan terbagi dua yaitu pengharapan kecil dan besar. Pengharapan kecil adalah anak.anak tangga kecil yang membuat Aku dan jiwanyaa tetap melangkah maju. Pengharapan besar mampu di ibaratkan sebagai pengharaapan terakhir yaitu Ketuhanan.

Skat ketiga adalah MEMPERASAKAN-ialah gudang rasa yang harus dirasakan oleh jiwa dan indra. Ia adalah dualisme rasa. Baik sedih bahagia, susah mudah, berhasil gagal, naik turun, manis pahit dan masih bnyak rasa fisikli dan jiwa. Semakin banyak rasa yang pernaah terasa dengan dualisme nya maka semakin terang jiwa pada skat ini.

Aku sebaiknya memberi pemicu cahaya pada skat di setiap wilayah jiwa. Semuanya bisa di bantu dengan pengembangan dan penyempurnaan dengan adanya teori psikososial oleh Eric Erikson dan tingkat kebutuhan oleh Maslow.


Ketika Aku belum bisa menerangkan atau bahkan menyalakan ruang jiwa, bahkan pada salah satu skat jiwa. Maka Aku akan selalu merasakan ada kejanggalan yang sulit dijelaskan. Dengan demikian perlahan mulai kuketahui bahwa Kesedihanku menunjukkan jalan dengan menyalakan sekaligus beberapa skat jiwa

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.