Minggu, 16 Agustus 2015

Tao Pingpong


Sekilas nampak terbesit sebuah kecemburuan ketika mengamati mereka yang merasakan benturan hidup pada titik ektrim. Keos hidup pada kenyataannya sudah menjadi hukum kehidupan yang masih dianggap hal yang harus dihindari, padahal cobaan itu sendiri bak bola pingpong yang di lemparkan pada dinding, semakin keras benturan maka semakin jauh lontaran bola itu. Maka berbahagialah kalian dengan pelajaran mendalam dalam gua kenestapaan. Hukum itu akan tetap berlaku. Nantikanlah hal hal besar akan menghampiri.

Aku berterima kasih pada Tuhan yang telah mempertemukanku dengan perempuan indah dan baik. Aku tidak sedikitpun menyangka akan mendapat pandangan-pandangan yang sebelumnya tak terlihat ketika kudapati diriku terlalu jauh mencintai dengan membawa beban ilusi dan kenanganmu hingga jauh, mendalam, menderita. Kisah singkat mu begitu berkesan. Aku tak mampu mengungkapkan terima kasih padamu yang telah menenggelamkan aku kedalam samudra kebencian hingga aku mampu melihat indah dan sejuk kehidupan bawah laut. Aku sangat bersyukur pernah memendam kenangan pahit dan terjebak pada jurang kegelapan yang kau gali untuk membantuku menyadari betapa pentingnya ketenangan pada ruang sunyi. Sadarku pada suatu malam mengetuk, memperlihatkan betapa bodohku untuk terlalu jauh memaknai semua. Memaksakan api keruntuhan moral mengusik pada diam tersunyi. Satu perempuan kawin dengan pemikiran dan rasa berlebihan melahirkan sejuta warna.

Perlahan rasaku mulai tersenyum. Malaikat itu berbisik sebuah rahasia kecil. Lihatlah betapa baiknya Tuhan-Tuhan kebaikan bermunculan. Pemberian indra, perasaan, dan nalar memberi kemampuan kita melihat sesuatu secara utuh menyeluruh sebagai kebutuhan hakiki manusia untuk bersandar pada kekuatan besar. Kesombongan struktur, umat, dan teritorial lah yang membentuk palu besar mulai menghantam kemurnian. Terlalu angkuh dihadapan raksasa kebenaran, padahal sebagian besar ia terlahir dari empirik.

Cinta kebebasan mulai menghiasi. Daun-daun mulai saling menyapa. Perjalanan ini adalah pertarungan melawan diri sendiri. Gerbang cahaya akan muncul pada niat, spirit, dan kecintaannya. Berperspektif satu arah adalah penjara sebenarnya. Judi hidup harus tetap dimainkan dengan melawan hukum arus hingga menjadi kreatif di pijakan anak tangga yang berujung pada tindakan penuh makna. Kita tak akan mampu memecahkan kekeliruan refleks selain menjadi dinamika.

Lihatlah bintang dan bulan malam hari, matahari pada senja, sejuk senyum sapa, kasih keluarga, indah perempuan, teman penuh warna ,bapak budayawan pengayom, pengetahuan sang jembatan, dan cinta Tuhan
Demi masa,

Trima kasih untuk semuanya

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.