Selasa, 03 November 2015

Si Bapak Dokter Pintar


Kisah nyata ini begitu saja terbersit ketika masih melamun mengimajinasikan betapa cerdasnya pemikir-pemikir dulu seperti Galileo, Aristoteles, Newton dll. Kasusnya mudah saja Aristoteles saat itu beranggapan bahwa keadaan alami suatu benda adalah diam dan benda hanya bergerak kalau didorong suatu gaya atau impuls. Jadi benda berat akan jatuh lebih cepat daripada benda ringan, karena benda berat memiliki gaya tarik (berat benda = gaya penyebab) lebih besar menuju bumi. Inilah gagasan yang menjembatani kajian-kajian ketuhanan, bahwa segalanya (akibat) pasti diawali suatu penyebab. Kita biasa mengatakannya hukum “Sebab-Akibat” atau “Stimulus-Respon” (Kausalitas). Akibat itu bisa terjadi langsung dan tidak langsung. Contohnya kita melempar bola pingpong ke dinding (sebab) maka bola langsung terpantul sesuai energi lemparan dikurang tahanan udara dan gaya gravitasi (akibat). Begitu dinding menyentuh tembok seketika pula bola pantul, itu disebut akibat langsung. Sementara ketika bediri dalam sebuah ruangan besar yang kosong dan berteriak, maka setelah teriakan kita muncul kembali pantulan suara yang disebut gema. Gema ini adalah contoh akibat tidak langsung. Sebab akibat ini tetap berada pada perhitungan ruang dan waktu. Maka Aristoteles mengatakan kita hari ini dan segalanya adalah akibat dari sebab yang saling mengikat satu sama lain. S-A’S-A’S-A...... dan begitu seterusnya. Dan sebab pertama adalah Dialah Tuhan.

Aristoteles mengatakan bahwa semua hukum yang mengatur alam semesta bisa dipelajari dengan pemikiran saja (pembuktian dengan pengamatan tak diperlukan). Itu bisa jadi benar, namun pengukuran Galileo menunjukkan bahwa tiap benda mengalami pertambahan kecepatan (percepatan) yang sama. Penemuan Galileo ini mengilhamkan sesuatu kepada Newton yang kita sebut Hukum Newton. Gagasan Newton dinyatakan tersurat dalam Principia Mathematica yang terbit pada 1687.
HN1 :  “Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”. Artinya benda yang diam akan mempertahankan kediamannya, benda bergerak akan mempertahankan kecepatannya. Contoh yang paling baik adalah saat mengendarai motor. Pada waktu kita diam diatas motor kemudian seketika menaikkan gas dengan cepat, maka badan akan cenderung mempertahankan kediamannya, sebagai akibatnya badan akan seolah terdorong kebelakang. Sebaliknya, ketika motor dalam kecepatan tinggi dan secara tiba-tiba di rem, motor dan badan tidak akan seketika itu berhenti namun seolah terdorong kedepan karena badan dan motor berusaha mempertahankan kecepatan geraknya.  jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda tersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan bergerak lurus beraturan (kecepatan konstan).

HN2 : "Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.". Ketika benda dipengaruhi gaya maka benda akan mengalami percepatan atau perubahan kecepatan sebanding dengan gaya yang memengaruhi. Sederhananya , Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Akan tetapi, jika gaya total nya itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya tersebut akan memperkecil laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan arah gerak benda, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga). Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat dikatakan bahwa gaya total dapat menyebabkan percepatan.

HN3 : "Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama." Maksudnya Hukum ke tiga Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi, “untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. sangat penting untuk mengingat bahwa gaya “aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbeda. Misalnya bola pingpong yang dilempar kedinding menghasilkan reaksi yang berlawanan memantul ke arah sebaliknya dengan gaya yang sama”.

Dari putaran panjang pemahaman diatas, saya mengingat sebuah kejadian ketika saya mengalami sakit demam dan muntah. Saat itu saya berada di umur-umur kelas satu SMA. Karena sakit yang berkepanjangan, bapak saya memutuskan mengajak saya ke dokter yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Tempat itu adalah rumahnya yang sebagian di sulap menjadi tempat prakteknya. Setelah memeriksa, si dokter yang terlihat tua, sehat dan kaya akan pengalaman banyak bercerita tentang dirinya. Bahwa ia terlahir dari keluarga susah dengan banyak saudara, namun berhasil dalam karirnya. Ia sudah belajar banyak hal terkait medis, pernah belajar dan mengajar di berbagai negara. Tak lupa ia menambahkan “jika praktek dirumah, saya selalu memberi harga yang murah bagi pasien disekitar sini, dan pelanggan saya”. Semua itu cukup menakjubkan diri saya mendengarnya.

Namun seketika saya gugup setelah si dokter cerdas itu melemparkan beberapa pernyataan dan pertanyaan kepada saya. “Sudah kelas berapa kamu? Tinggal dimana? Bagaimana kamu disekolah? Pintar tidak? Oke saya mau kasi kamu pertanyaan yang sudah dibahas ketika kamu masih SMP, apa Hukum Newton yang pertama??? Ini pertanyaan biasa”. Hati dan badan saya gugup, belum lagi bapak disebelah yang menatap dengan senyum kecut seolah berbicara “anak saya ini baik dok!! Dia pasti bisa menjawabnya! Itukan pertanyaan yang kata dokter sudah dipelajari sejak anak saya SMP! Ayo anakku yang cerdas, kamu pasti bisa!!”. Akhirnya kepalaku menggeleng atas jawaban ketidaktahuanku. Pandanganku sedikit berubah bias pertanyaan tentang Hukum Newton.

Rangkaian pertanyaan lain yang coba dia lemparkan kepada saya namun semua itu seperti angin lewat tanpa suara. Kepalaku tunduk dengan emosi kecil. Namun anehnya rasa kesal itu berubah menjadi hal positif saat jalan pulang. Kupeluk bapak karena lemas masih menyelimuti tubuhku. Kapan-kapan kalau saya sakit lagi, saya mau di periksa sama pak dokter yang cerdas itu, dalam hati.

Seandainya dengan fikiran seperti sekarang dokter itu bertanya pertanyaan yang sama. Saya akan bertanya balik. “saya tidak tahu jawaban pertanyaan bapak, tapi bapak bisa jawab tidak pertanyaan saya. Setelan standar senar gitar nomor 1 itu nada apa? Atau nada ke empat scale major kalo C=do itu apa? Atau pertanyaan lain yang sekiranya saya tahu tapi dia tidak tahu”. Menurut saya pengetahuan yang tidak berhasil disimpan dan diingat bukan karena kita bodoh, tapi seberapa penting dan seberapa berminat kita mengenai suatu pengetahuan. Saya bisa menyalahkan guru SMP karena pada saat pelajaran Fisika mengenai Hukum Newton, dia langsung memberikan rumus dengan bahasa yang sulit kucerna, atau mengapa dia menyuruh kita memahami hukum newton tanpa memberi contoh yang menarik mengenai kehidupan kita sehari-hari, agar Hukum ini bisa kita pahami karena dianggap penting dan keren.

Lihat saja sejarah berlangsung. Saya atau kita boleh mengatakan saat itu bahwa Aristoteles benar dalam setiap gagasan yang dikeluarkan. Dengan yakinnya dia bahwa “semua hukum yang mengatur alam semesta bisa dipelajari dengan pemikiran saja (pembuktian dengan pengamatan tak diperlukan)” namun realitanya Galileo berhasil mematahkan itu. Walaupun hukum kausalitas Aristoteles bisa dibenarkan, tapi dia gagal menjelaskan keseluruhan karena ketidakmauannya melakukan ujicoba.

Pada akhirnya, ilmu pengetahuan jika ingin mudah dicerna dan dipahami serta diingat. Haruslah menarik, penting bagi kita, dengan penjelasan yang bisa dipahami. Kalau salah satu aspek tidak memenuhi, bukan salah manusia. Manusia itu adalah makhluk tercerdas, tidak bodoh. Dan pak dokter pintar, apa kabar? Apa bapak masih sehat? Saya rindu bapak? Suatu saat kalau saya sakit saya mau bapak saya antar ke sana lagi. Semoga bapak sehat. Saya banyak belajar dari saat itu.

lihatlah Om Aristoteles berhasil merangsang Om Galileo, Om Galileo berhasil merangsang Om Newton. Semua punya peran penting. Semua berjalan indah dalam ruang dan waktu. begitupula bapak dokter dan saya.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.