Selasa, 21 Oktober 2014

AKU LEBIH SUKA BELAJAR HAL YANG SULIT DARI PADA BELAJAR HOBI..... Loh Kok Bisa????



AKU LEBIH SUKA BELAJAR MATEMATIKA (SULIT) DIBANDING BELAJAR MUSIK (HOBI)



Judul yang aneh memang, tapi kita sering menemukan kasus seperti ini. Letak permasalahan sebenarnya adalah para pengajar baik itu dosen, guru, atau tentor. Kecendrungan sekarang yang terjadi di masyarakat adalah kesukaan atau rasa minat terhadap suatu pelajaran berbanding lurus dengan sikap dan sifat para pengajarnya. Kita kadang merasa belajar fisika itu lebih asik dan nyaman dengan pengajar yang baik, seru, perhatian, murah senyum, dibandingkan dengan seni yang mayoritas sebenarnya pelajaran yang diminati namun menjadi menjenuhkan ketika pengajarnya bersikap tegang, suka marah, dan sikap lainnya yang membosankan.


Untuk menjelaskan fenomena ini, mari kita kawinkan dengan teori belajar dari Pavlov. Namanya Classical Conditioning atau biasa disebut pengondisian klasik. Untuk menjelaskan teori ini, mari simak Pavlov bekerja. Ketika Pavlov membuka kaleng penutup makanan anjing dan  memberinya makanan, si anjing akan mengeluarkan aktivitas sekeresi asam perut dan salivasi sebagai respon, dan yang anehnya ketika penutup kaleng berbunyipun si anjing sudah memperlihatkan aktivitas sekresi dan salivasi ini. Ia melihat bahwa anjing tersebut tidak hanya merespon berdasarkan kebutuhan biologis (rasa lapar), tapi juga hasil dari proses belajar(bunyi penutup kaleng makanan) sebagaimana hal ini disebut pengondisian klasik. Pengondisian Klasik adalah tipe belajar dimana stimulus netral (seperti suara kaleng makanan) dapat memunculkan respon setelah dipasangkan dengan stimulus (seperti makanan) yang biasanya mengikuti respon tersebut.


Untuk mendemonstrasikan ini, Pavlov memasang sebuah tabung kelenjar ludah ke seekor anjing agar dapat dengan tepat mengukur salivasi yang terjadi pada anjing tersebut. Ia kemudian membunyikan sebuah bel (sebagai stimulus netral) dan memberikan daging(sebagai stimulus respon selevasi) beberapa detik setelahnya. Peristiwa ini di ulangi secara terus-menerus dengan hati-hati dan persen waktu pemberian daging setelah bel hampir sama. Pada awalnya anjing tersebut akan berliur ketika daging didatangkan, tetapi lama kelamaan anjing akan berliur ketika mendengar suara bel. Dan pada kenyataannya bahkan anjing terebut masih berliur ketika hanya mendengar bel.Ini berarti anjing tersebut telah secara klasik terkondisi untuk mengeluarkan air liur setelah mendengar suara bel.


DAGING – SALIVASI

BEL – DAGING – SALIVASI

BEL - SALIVASI


Begitupun pengajar terhadap muridnya. Ketika di awal pertemuan antara pelajar dan pengajar, kita secara tidak sadar akan membangun sebuah pemahaman dari proses belajar pengondisian klasik. Ketika pengajar berwajah murung datang dan dalam prosesnya kita melakukan sebuah kesalahan yang menyebabkan ia marah, makan konsep ini akan tertanam.


SALAH – MARAH – PELAJAR TEGANG

MUKA MURUNG – SALAH – MARAH – PELAJAR TEGANG

MUKA MURUNG – TEGANG

PENGAJAR MASUK – SEMUA TEGANG

Nah ketika semua pelajar sudah merasakan hal ini, maka pelajar akan menanamkan konsep ini kealam bawah sadarnya. Dari alam bawah sadar ini akan membentuk sebuah Mental Block berupa kesulitan menangkap, tegang, cemas, dan hal-hal lain yang pastinya membuat materi yang dibawakan menjadi susah dan tidak menyenangkan.


Lain halnya ketika pengajar menanamkan dari awal sikap dan sifat ramah, baik, pengertian, juga disiplin kepada pelajar. Maka pelajar akan membangun konsep menyenangkan di alam bawah sadar yang akan membuat pelajaran mudah dimengerti, suasana terasa bahagia, dan emosional lainnya yang positif.


Apa sih yang harus kita lakukan sekarang?

Kan tidak mungkin kita memberitahukan kepada guru, tentor, atau dosen bagaimana cara mengajar yang baik dan nyaman. Kita juga bisa memperhatikan sebuah realita, bahwa di institusi manapun kita akan selalu mendapatkan pengajar yang menyenangkan, dan tidak menyenangkan, entah ini sengaja dibuat, atau memang ini adalah hukum alam hahaha. Namun karena sudah mengetahui bagaimana proses penyebab rasa emotional kita terhadap pengajar, maka bangunlah dan tanamkan konsep baru dalam diri masing-masing bahwa ini hanyalah dinammika kehidupan yang membuat hidup dan belajar menjadi lebih dramatis dan seru. Lagipula pengajar-pengajar yang tidak menyenangkan biasanya membantu rasa malas kita menjadi sebuah keharusan yang dimana jika keharusan tersebut terus dilakukan akan menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi karakter kita untuk menghadapi dunia dan masalah lainnya.


Bagaimana dengan pengajar yang mencoba insaf dari hal yang membuat pelajar tidak menyenankan ? hahaha

Tenang, Pavlov juga menjelaskan bahwa ada namanya  Kepunahan dalam pengondisian klasik .Dimana kepunahan ini terjadi karena respon yang sebelumnya telah terkondisi menurun dalam hal frekuensi bahkan menghilang. Secara keseluruhan pemusnahan terjadi ketika stimulus terkondisi ditampilkan berulangkali tanpa stimulus tidak terkondisi.

Jadi bagi para pengajar, cobalah untuk membuat sikap dan sifat baru dalam proses belajar mengajar. Ini akan membantu proses anda member materi kepada pelajar agar lebih mudah ditangkap.




Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.