Kamis, 27 November 2014

REVOLUSI MENGEKANG



Kali ini kita akan bercerita dan berbagi mengenai sebuah hasil interpretasi melihat kehidupan di zaman kita. Saat ini, zaman kita mengalami sebuah revolusi yang cukup mengekang manusia untuk berbuat lebih lagi. Entah ini karena ada percikan dari paham-paham yang sudah kita cicipi bersama baik itu komunisme, liberalisme, feminisme, atau paham lainnya, bahkan ada alasan lain yang tidak terjangkau karena melibatkan alasan yang lebih kompleks.



Berangkat dari pengertian, apa sebenarnya revolusi itu? Jadi, Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang baru.


Pada abad 18 dan sebelumnya, sebuah argumen-argumen bisa menjadi sebuah harta benda yang sangat bernilai mahal. Otak-otak cerdas, wawasan, kritikan, pendapat, opini yang terlontar begitu diagung-angungkan pemiliknya. Banyak penghargaan yang tercipta dari sana. Namun memasuki era abad 19 hingga milenium ke-3 sekarang ini,  Sebuah Karya bisa melebihi kecerdasan retorika. Terlalu banyaknya orang cerdas membuat generasi berikutnya sedikit jenuh. Kita bisa amati dilingkungan sekitar, ketika karya-karya bisa membungkam suara mulut. Orang-orang cerdas mulai dikalahkan oleh orang-orang yang mempunyai karya. Walaupun sebuah karya biasanya dimulai dengan retorika, Bukan berarti yang berkarya tidak cerdas, tetapi ketika kecerdasan tersebut di berhasil di jalankan hingga menghasilkan sebuah karya, itu akan lebih luar biasa. Karya menunjukkan kedudukannya beberapa langkah lebih maju. Kerjakanlah sebuah karya apapun itu selama menurut kalian itu positif. Apapun jurusan kalian saat kuliah atau minat-minat anda disuatu bidang, berkarya lah disana. Bagaimana sebuah teori pun adalah sebuah karya jika di dibantu oleh karya tulis. “sebagai orang tua zaman ini yang menjadi pendidik utama bagi anak, jangan tanyakan mau jadi apa nantinya anak anda? Tetapi mau melakukan dan berbuat apa nantinya” kata, Anies Baswedan. Revolusi saat ini adalah revolusi berkarya.


Daniel H. Pink dalam bukunya “A Whole new Mind”, mengatakan Why right brainers, will rule the future. Siapa yang berotak kanan, akan mengendalikan dunia. Maksud Daniel disini, bukan manusia tanpa otak kiri, melainkan saat ini kita sedang berada pada transisi dimana hal-hal yang dikatakan pekerjaan oleh otak kanan mulai disamaratakan dengan kiri. Sebelumnya untuk lebih memahami saya sarankan untuk membaca tulisan sebelumnya mengenai “OTAK KANAN DAN KIRI” agar lebih paham ke pembahasan selanjutnya. Walaupun sebenarnya otak kanan dan kiri bekerja secara tandem tanpa memisahkan dan memberatkan sebuah tugas pada satu sisi saja. Namun tidak ada bahasa lain yang mungkin bisa membantu menjelaskan hal ini selain otak kiri dan kanan.


Nah, saya beri contoh. Misalnya, saat anda berjalan ke sebuah supermarket untuk membeli sebuah tempat sampah, anda akan dihadapkan pada sebuah jejeran tempat sampah yang sangat bervariasi mulai dari bentuk, warna, harga, dan bahan. Mari kita ambil dua sampel, yang pertama ada sebuah tempat sampah berbentuk kotak biasa, berwarna hitam, bahan plastik, dengan harga semisal Rp.20.000, sementara tempat sampah kedua berbahan yang sama yaitu plastik, namun bentukya lebih unik, ada gambar dan tulisan yang menyeruh, dengan warna indah. Walaupun harganya mungkin Rp.30.000, tempat sampah jenis kedua ini kemungkinan 80% akan di beli oleh pengunjung. Itu artinya pengguna otak kanan sukses memasarkan produknya. Sekarang hampir diseluruh aspek suatu karya tidak hanya mementingkan  tentang fungsi saja (otak kiri) namun keindahan (otak kanan)  yang di bumbui disana akan menghasilkan sebuah karya yang bernilai lebih.



MARI BERKARYA, DAN BUAT KARYA ITU LEBIH INDAH



Selasa, 25 November 2014

OTAK KANAN DAN OTAK KIRI



kalo kita ke toko buku sering kita menemukan banyak buku tentang otak dengan berbagai macam judul. Ada cara berbisnis dengan otak kanan lah, mengoptimalkan otak kanan, keseimbangan otak, aktivasi otak kanan, aktivasi otak tengah ataupun judul-judul lainnya mengenai pembagian otak ini.


Istilah keren dari otak adalah hemisfer, Artinya ada hemisfer kanan dan kiri. Sampai hari ini pun saya masih terkagum-kagum sama materi biologis ini yang beratnya hanya sekitar 3pons untuk orang dewasa rata-rata, berwarna merah muda ke abu-abuan. Secara kondisi fisik bisa kita dikatakan tidak menarik sama sekali. Tetapi mengandung milliaran neuron yang mengontrol seluruh fikiran dan tindakan kita. Meskipun manusia sedang berusaha membuat sebuah komputer yang berusaha meniru kinerja otak dari manusia, itu bisa dikatakan mustahil, bahkan untuk mendekatinya pun itu bisa dikatakan tidak mungkin.


Ada film recomended banget nih yang membahas tentang otak, judulnya “LUCY”. Jadi gambaran besar di film ini adalah menceritakan bahwa  saat ini manusia hanya menggunakan kemampuan otaknya hanya 4%-10%. Akibat sebuah obat-obatan terlarang yang tidak sengaja ia konsumsi akhirnya memancing kemampuan otaknya bertambah. Di film ini lucy yang diperankan oleh Scarlett Johansson mengambarkan apa saja yang bisa dilakukan ketika kemampuan otak bisa di gunakan hingga 100%. Namun pada akhir ceritanya, karena overdosis, lucy mati dan amanat terakhir bahwa sepertinya tidak mungkin manusia bisa mencapai kemampuan ini karena hanya Tuhan yang bisa melakukan apa yang bisa dilakukan di 100% kapasitas otak manusia. Dalam buku “Educational Psychology”oleh Jhon W.Santrock juga  mengatakan bahwa Sinapsis ialah celah kecil antara neuron tempat hubungan antara neuron dibangun dibuat dua kali lebih banyak dibanding jumlah yang kelak akan digunakan.



Memang dibagian kanan dan kiri dari hemisfer ini mempunyai kekuatan tersendiri mengenai fungsi seperti otak kanan yang selalu difungsikan untuk pemahaman hubungan spasial, pola gambar, music, ekspresi wajah, memproses secara global dengan sudut pandang menyeluruh, berbeda dengan si hemisfer kiri dengan logika, kritis, dll. Dalam kasus real di film “Gifted Hands” yang menceritakan dokter bedah hebat bernama Dr.Benjamin Carson yang diperankan oleh   Matt Damon. Dalam kisahnya, ada seorang anak yang mengidap penyakit kejang-kejang yang mengharuskan otak kirinya di angkat. Itu artinya dia akan kesulitan mengenali orang, menulis, dan berbicara. Namun pada kenyataannya sehari setelah operasi dia mampu mengenali orang tuanya dan berbicara. Apa yang selama ini yang kita anggap pekerjaan salah satu bagian otak akhirnya mampu dilakukan dibelahan otak lain dengan latihan. Semua bagian akan memainkan peran secara tandem dikedua hemisfernya. Sebuah kesalahan berfikir bahwa jenis informasi tertentu diproses hanya di hemisfer kanan misalnya. Mereka akan saling bergantung satu sama lain menginterpretasikan dunia.

Sabtu, 22 November 2014

SEBUAH REFLEKSI KEPAHLAWANAN


Kemarin baru saja kita memperingati hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November 2014. Teringat kata-kata Bung Soekarno “JAS MERAH”  yang merupakan singkatan dari “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”.  Tanggal 10 November memang bukan tanpa alasan, Hari itu terjadi perang besar antara tentara Indonesia beserta sukarelawan yang dipimpin oleh Bung Tomo melawan 30.000 tentara sekutu bersenjata lengkap beserta tank, pesawat dan kapal laut di Surabaya.
Tanggal itu hanyalah symbol untuk kita bisa berhenti sejenak, mengingat apa yang telah terjadi di masa lalu, menjadi sebuah refleksi, semangat, serta mempelajari kesalahan untuk bertindak lebih baik.  

Teringat pula nama Ibu Kartini yang turut berperan besar sebagai sosok wanita di Indonesia. lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya. Ia juga banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Surat-surat Kartini  berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar.

Dari kisah kartini ini, saya mengutip sebuah nama yang saya anggap sebagai salah satu pahlawan Psikologi, ia adalah Margaret Floy Washburn. Sosok yang saya baru kenal ketika membaca buku pengantar “Understanding psycholohy” oleh Feldman. Kalo saya melihat fenomena saat ini khususnya  dalam wilayah ilmu Psikologi di Indonesia. Ilmu ini diminati oleh mayoritas perempuan  entah karena sebuah alasan yang saya sendiri tidak ketahui. Padahal Pada awal tahun 1900 wanita yang ingin mempelajari psikologi masih dipandang sebelah mata, terbukti dari beberapa universitas dahulu tidak menerima mahasiswi untuk jurusan psikologi.  Namun pada akhirnya paradigma itu dipatahkan setelah Margaret Floy Washburn di tahun 1939 sebagai  wanita pertama yang berhasil meraih gelar doctor di bidang psikologi. Dan karena itu wanita mulai dipandang di dunia psikologi dan berkonstribusi banyak terbukti dari beberapa nobel berhasil di terima oleh beberapa psikolog wanita.

 
Mari kita berkenalan lebih jauh dengan beliau. Margaret Floy Washburn lahir pada 25 Juli 1871 di New York City. Dia adalah anak satu-satunya. Meskipun dia tidak memulai sekolah sampai dia berusia tujuh tahun, ia belajar membaca dan menulis sebelum itu. Dia menghadiri sekolah umum ketika dia berumur sebelas tahun, dan kemudian Keluarganya pindah ke Sungai Hudson di Kingston, di mana ia menerima pendidikan SMA-nya. Dia lulus dari sekolah tinggi pada usia lima belas pada tahun 1886. Berikutnya ia masuk ke Vassar College di mana dia berkonsentrasi dalam kimia dan bahasa Perancis. Namun, ketika dia lulus pada tahun 1891 minatnya telah berubah menjadi filsafat dan ilmu pengetahuan dan mengkrucut setelah mengenal ilmu baru yaitu psikologi ,dari situ  ia bertekad untuk belajar dengan Cattell di laboratorium psikologi Columbia University yang baru didirikan. Meskipun ia sepenuhnya diterima dan didorong oleh Cattell bahkan, Cattell memperlakukannya sebagai mahasiswa biasa, hal yang ia inginkan agar dirinya diperlakukan sama dengan laki-laki, namun Columbia tidak akan mengakui seorang mahasiswa pascasarjana wanita. Tetapi, setelah tiga bulan usaha ia mendapat dispensasi khusus dari wali diizinkan untuk mendaftar di kelas Cattell sebagai "pendengar."

Pada akhir satu tahun Cattell menyarankan dia untuk mentransfer ke Sage Sekolah Tinggi Filsafat di Cornell University, di mana ia mungkin menerima tidak hanya gelar, tetapi juga beasiswa. Setahun kemudian, pada tahun 1894, ia memperoleh gelar Ph.D. Menurut Washburn, Cornell University adalah tempat yang penuh inspirasi untuk belajar  karena banyak dosen yang begitu muda. Pada tahun 1894, ia dianugerahi gelar Ph.D. oleh Cornell University. Dia adalah wanita pertama yang menyelesaikan gelar Ph.D. di bidang psikologi. Setelah memperoleh gelar doktor, dia pergi ke Universitas Wells menjadi  Profesor Psikologi, Filsafat, dan Etika. Dia tinggal di sana selama sekitar enam tahun. Pada tahun keenam di Wells ia menjadi gelisah, dan merasa bahwa mungkin jika satu tahun belajar  di laboratorium Harvard akan membuat perubahan yang merangsang untuknya. Saat diberi cuti di musim semi  tahun 1900, telegram dari Presiden Schurman membuatnya berubah fikiran saat Dia diminta untuk datang ke Cornell dengan kesempatan untuk bekerja jadi psikolog dengan gaji sebesar seribu lima ratus dolar serta diberi rumah. Oleh karena itu, ia kembali ke Cornell selama dua tahun. Pada tahun 1902, ia menerima posisi di University of Cincinnati sebagai asisten profesor. Dia adalah satu-satunya anggota fakultas wanita.

Dia kembali ke Vassar College, pada tahun 1903, menandai titik penting dalam kariernya. Pada tahun ini ia diakui sebagai salah satu orang paling penting dalam ilmu pengetahuan. Dia juga ditunjuk sebagai editor bekerja sama dari American Journal of Psychology. Dia memegang gelar itu sampai dia meninggal. Pada tahun 1908. Dia tetap di Vassar selama sisa hidupnya. Dia pensiun sebagai Profesor Emeritus Psikologi pada bulan Juni 1937. Selama tahun-tahun di Vassar dia menjadi seorang profesor dikagumi. Ketika ia mencapai titik tertinggi keberhasilannya sebagai seorang pendidik, ia menerima $16.000 dari murid-muridnya setelah menyelesaikan dua puluh lima tahun layanan untuk Vassar. mereka ingin Floy Washburn menghabiskan dana itu untuk dinikmati sendiri. Namun, ia menghiraukan dan mendirikan dana beasiswa bagi mahasiswa psikologi.

Memang, Washburn adalah seorang guru terkenal.  Tapi dia juga terkenal karena kontribusinya dalam teori pembangunan, pekerjaan eksperimental, perilaku hewan, dan layanan profesional. Dia menerbitkan lebih dari 200 artikel dan ulasan ilmiah. Selain itu, dia menerjemahkan Sistem Etika Wundt pada tahun 1897, dan menulis dua buku: The Animal Mind pada tahun 1908, serta  movement and Mental Imagery pada tahun 1916. Antara tahun 1905 dan 1938, ia menerbitkan enam puluh delapan studi dari Vassar Psikologis laboratorium dengan bantuan 117 siswa.

Dia bekerja sebagai editor Psychological Bulletin dari 1909 sampai 1915. Dia juga menjadi Editor Associate Journal of Animal Behavior tahun 1911 melalui 1917. Menjadi Penasehat Editor dari Psychological Review pada tahun 1916 to1930. Dari Pada tahun 1921, dia menjadi  presiden dari American Psychological Association. Pada  tahun yang sama, ia dihormati dengan diberikannya hadiah sebesar $ 500 oleh Edison phonograph , sebuah Perusahaan penelitian pada efek musik. Penelitian ini tentang "Pengaruh Emosional Instrumental Music”  di Vassar.Margaret Floy Washburn meninggal dunia karena sakit yang dimulai pada tanggal 17 Maret 1937. ia menderita pendarahan otak. Dia meninggal pada tanggal 29 Oktober 1939 di rumahnya di Poughkeepsie, New York, pada usia enam puluh sembilan.

Dari kisa perjalanannya yang panjang dan luarbiasa, saya menanggap Margaret Floy Washburn adalah seorang pahlawan. Ia turut menyumbang sumbangsi tidak hanya di dunia psikologi namun juga mengenai masalah gender.
Sejarah merupakan sebuah refleksi, renungan, dan semangat. Merupakan kumpulan  Kisah-kisah sedih, bahagia, perjuangan, menjadi sebuah drama indah. Sejarah syarat akan energy bagi yang mengikutinya dilevel seolah ia ada dimasa itu. Menjadi sebuah kebanggaan, luka, dan perubahan. Inilah sejarah dimana Pahlawan ku menjadi aktor yang sempurna didalamnya.


SELAMAT HARI PAHLAWAN, 10 NOVEMBER 2014

Rabu, 05 November 2014

PASAR BEBAS AFTA (Asean Free Trade Area) 2015


Sejak dua tahun terakhir ingar-bingar pemberitaan tentang AFTA meluas pesat. Kecemasan mulai menggerogoti fikiran kaum intelektual. AFTA (Asean Free Trade Area) adalah salah  satu  kesepakatan oleh negara-negara di asia tenggara yang telah dilakukan di Singapura pada tahun 1992. Dalam pertemuan ASEAN Summit ke-4 yang di awali oleh enam negara yaitu Brunei,  Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam, kemudian disusul Laos dan Myanmar pada tahun 1997, serta Kamboja di tahun 1999. Pelaksanaan perjanjian AFTA ini berupa dibentuknya Asean Economic Comunity (AEC), yang diintegrasikan pada tahun 2015. AEC ini akan mengubah ASEAN menjadi daerah dengan pergerakan bebas pada barang, pelayanan, investasi, tenaga kerja yang terampil,dan aliran modal yang lebih bebas juga.

Beberapa tujuan AFTA yakni menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, kemudian menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI), serta meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade). Untuk menyederhanakan AFTA, kita bisa membayangkan ketika barang-barang  akan bebas berputar di negara-negara Asia tenggara tanpa adanya pajak. Pelajar akan bebas berpendidikan dinegara Asiatenggara dan seluruh manyarakat punya hak untuk tinggal dan bekerja dimanapun dikawasan AFTA tanpa visa.

Namun ada tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia dalam menyambut AFTA, yaitu yang pertama bagaimana produsen Indonesia dituntut untuk terus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi produk, disamping itu pemberdayaan SDM di Indonesia masih jauh tertinggal, dilihat dari catatan BPS pada Agustus 2013, bahwa pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 6,25%. Dari sumber yang sama kita dapati masih ada lebih dari 360 ribu sarjana yang menganggur. Angka yang sangat memprihatinkan, dan berdasarkan indeks kompetensi yang dikeluarkan oleh World Economic Forum pada tahun 2013, bahwa Indonesia menempati urutan ke-50 atau lebih rendah dari Singapura (ke-2), Malaysia (ke-20), dan Thailand (ke-30). Rendahnya kompetensi sumber daya Indonesia diperoleh dari faktor-faktor yang saling berkaitan seperti: tenaga kerja/ahli profesi yang tidak memiliki kualifikasi mumpuni; minimnya pelaksanaan sertifikasi kompetensi; belum sesuainya kurikulum di sekolah menengah dengan keahlian profesi; serta sumber daya manusia di Indonesia yang sangat berlimpah namun belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah. Apalagi melihat tamatan SMA, SMP dan SD, tentunya akan mempunyai kesulitan yang lebih dalam persaingan mencari kerja. Dengan adanya diterapkannya AFTA bisa jadi akan ada ledakan pengangguran terdidik yang semakin nyata. Tenaga kerja dari luar negeri akan menjadi tenaga-tenaga ahli, sementara kita hanya akan mengirim mayoritas tenaga kerja kasar seperti pembantu rumah tangga, sopir, dan pekerja pabrik. Apalagi Indonesia adalah target pasar nomor empat didunia, tidak heran ketika Ashwin Pulunga berpendapat, bahwa “sadarkah kita semua bahwa AFTA dan WTO  merupakan grand strategi tinggi para kapitalis dunia untuk menghilangkan kedaulatan sebuah negara?” selain Indonesia sendiri, negara seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar sebenarnya juga jika dilihat dari data-data dan hasil survei belum siap akan AFTA.

 Terlepeas dari itu, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat Indonesia dengan adanya AFTA, seperti peningkatan dalam memanfaatkan Pariwisata sebagai sumber devisa selain dari sumber daya alam, kerjsama menjalankan bisnis  dengan  pelaku bisnis di negara-negara Asean, peluang pasar yang besar dan luas bagi produk Indonesia.

Saya rasa ini adalah salah satu informasi yang wajib diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutam mahasiswa untuk mempersiapkan diri. Saya paham betul bahwa Indonesia belum siap dengan ini, namun kesepakatan akan tetap terlaksana di tahun depan, 2015 sekitar bulan Desember. Kita punya seribu alasan untuk mengatakan Indonesia tidak siap dengan AFTA, namun mari kita memulai dengan planning diri sendiri untuk menghadapi AFTA, misalnya bercita-cita dan berjuang untuk bisa berpendidikan tinggi di dalam maupun diluar negeri, meghasilkan/menciptakan  produk-produk baru yang bisa bersaing, atau mempersiapkan planning lain yang meningkatkan kualitas diri.

Menyalahkan Indonesia hanyalah gerakan jalan ditempat. Indonesia hanyalah nama, benda mati yang digerakkan oleh manusia-manusia yang bernaung didalamnya. Gerakan persiapan yang bisa ditiru yaitu, seperti negara Brunei Darussalam yang menambahkan kurikulum bahasa Indonesia di SMA untuk meghadapi AFTA. Bahasa Inggris adalah harga mati untuk ini semua.

Kita bisa merasakan gerakan semangat menghadapi AFTA yang ditunjukkan lewat seminar dan talkshow beberapa Universitas di Indonesia khususnya Fakultas Psikologi. Seperti di UAD oleh Drs.choirul Anam, M.Si dengan topik “Persaingan Menghadapi AFTA/ASEAN Community 2015”. Ada lagi  di kota Manado yang menjadi tuan rumah event bertaraf nasional dengan gelaran temu ilmiah dan kongres Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) yang mengundang beberapa utusan negara di ASEAN, dengan topik “Pembahasan Integritas, Keberbedaan & Kesejahteraan Psikologi: Psikologi Menjawab Tantangan Nasional, Regional, dan Internasional”. Di antara beberapa tokoh yang akan hadir adalah DR. Goh Chee Leong (President ASEAN Regional Union of Psychological Society), DR. Bambang Widjojanto (Komisi Pemberantasan Korupsi), Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si (pakar Psikologi Politik Indonesia), serta Seto Mulyadi (psikolog anak dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak). Kemudian gerakan PSYWEEK oleh BEM Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan topik “Mempersiapkan mahasiswa, umumnya generasi muda, khususnya mahasiswa psikologi, dalam menyambut pelaksanaan dari perjanjian Asean Free Trade Area (AFTA)”.

Minggu, 02 November 2014

SIAPA BILANG PEROKOK PASIF PUNYA EFEK LEBIH BURUK?


SIAPA BILANG PEROKOK PASIF PUNYA EFEK  LEBIH BURUK?

Saya rasa teman-teman sudah tau yang mana perokok aktif dan yang mana perokok pasif. Dari tulisan ini saya hanya ingin meninjau ulang sebuah informasi yang sudah beredar di kalangan kita dan di imani sampai sekarang bahwa “efek buruk perokok pasif lebih besar 3kali dari perokok aktif itu sendiri”. Nah berangkat dari sini saya terus bertanya , kok bisa? Walaupun perdebatan ini sudah lama mendiami kepalaku, namun baru saat ini saya mau membagi hasil perdebatannya. Hehehe....


Jadi ini semua berasal dari riset di Amerika yang berkesimpulan bahwa terdapat dua jenis perokok, yaitu perokok aktif adalah orang yang mengisap rokok secara langsung, dan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi mengirup asap rokok yang diembus perokok aktif, dan efek buruk yang didapat oleh perokok pasif 3kali lebih banyak dibanding perokok aktif. Dari riset ini pula mereka mulai membenahi sistem untuk tidak merokok disembarang tempat apalagi didalam ruangan. Setiap gedung sudah dibangun “smoking area”. Akhirnya hampir disemua negara megaplikasikannya. Walaupun di Indonesia sistem ini masih sulit diberlakukan, mengingat karakter, budaya masyarakat masih sulit untuk ini. Belum lagi ketergantungan  indonesia akan tembakau masih besar dilihat dari sumbangan tembakau untuk cukai, sponsor-sponsor yang aktif dalam event baik musik, olahraga , dll masih di pegang oleh brand tembakau.

setelah membaca beberapa artikel mengenai dampak perokok pasif, secara garis besar mengatakan hal yang sama.  kita ketahui bahwa rokok mengandung 4000 zat kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh. Yang pertama racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tidak dihisap, sebab asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.  KemudianYang kedua Perokok aktif dikatakan lebih baik karena menghirup rokok dengan filter, sedangkan perokok pasif menghirup rokok tanpa filter. Apalagi asap yang dikeluarkan dari mulut perokok aktif mengandung racun lebih banyak yang berdampak kepada perokok pasif disekitrnya.

Nah kritiknya adalah perokok aktif akan tetap menjadi subjek yang mendapatkan efek buruk lebih besar dibanding degan perokok pasif karena  yang pertama logikanya adalah  baik perokok aktif  maupun pasif akan tetap berada pada ruangan dengan posisi yang sama. Ketakutan akan racun yang berada di ujung rokok hasil pembakaran tidak sempurna akan di hirup oleh tidak hanya perokok pasif, tetapi juga perokok aktif. Asap yang dikeluarkan dari dalam mulut perokok aktif secara tidak langsung juga akan dihirup lagi oleh perokok aktif itu sendiri. Selanjutnya masalah perokok aktif mempunyai filter sedangkan perokok pasif menghirup tanpa filter. Terus bagaimana dengan rokok kretetek? Rokok cerutu? dan jenis lain yang tidak memakai filter? Lagian yang menghirup adalah hidung. Padahal kedua hidung perokok aktif dan pasif sama-sama tanpa filter.

Jadi intinya apa yang dialami perokok pasif pasti dialami oleh perokok aktif, namun tidak semua yang dialami perokok aktif di alami oleh perokok pasif. Perokok pasif yang diketahui lebih berbahaya 3kali lebih besar dibanding perokok pasif itu sebenarnya agak keliru. Lagian berapa sih perbandingan angka di rumah sakit pasien perokok aktif dan pasif ? kalau memang perokok pasif berbahaya 3kali lipat seharusnya lebih banyak pasien dari perokok pasif dong. Namun saya setuju dengan perokok pasif bayi dibawah umur 5tahun. Karena memang fungsi organnya masih sangat sensitif

Tetapi, jalan terbaiknya adalah ketika kebiasaan merokok dihilangkan, yang pada akhirnya tidak ada perokok aktif dan pasif. Terlepas dari yang mana menimbulkan Efek buruk yang lebih tinggi, itu akan tetap menjadi efek buruk. Sikap saling mengerti satu sama lain juga harus ditingkatkan, dimana perokok aktif harus melihat suasana sekitar sebelum merokok, dan perokok pasif sebaiknya menghindar secara perlahan ketika melihat perokok aktif yang tidak perduli dengan lingkungan sekitar. 
It is just my opinion :)

 
biz.