Rabu, 11 November 2015

MOHON


Akhirnya dari serangkaian keputusan besarku. Aku mulai menemukan diriku yang sebenarnya, menemukan identitasku, menemukan jati diriku. Walaupun keterasingan disini makin meningkat, namun kembalinya diri sebenarnya terasa lebih menenangkan.

Di dalam kampus begitu sunyi tiap hari. Saya hanya akan mendapati teman-teman semu yang tidak mengenal saya secara penuh. Kadang saya merintih, berdoa, ya Yang Maha, berikanlah saya satu sahabat yang berada didekatku, maka kupastikan diri akan lebih siap menghancurkan setiap tembok penghalang itu. Namun hingga kini kenapa semakin berat? apa saya yang salah? Orang yang mulai nyaman perlahan pergi dengan kesibukan yang tak bisa di ganggu.

Apa membaca itu salah? Jangan ketawa, kampus ku memang betul menjijikkan. Membacalah maka kau akan menjadi semakin asing, menjadi semakin misterius, menjadi semakin rumit, menjadi jauh. Sepertinya ajaran barat yang disisipkan pada sela pembahasan mulai berhasil memudarkan pandangan yang benar menurut agama, kultur, dan budaya kita. Bagaimana mungkin dosen itu begitu semakin tidak masuk akal? Apa dia dosen? Kalau hanya meneruskan apa yang dibuku, berarti pelajaran berjam-jam itu hanya perlu dibaca 5menit. Beberapa dari mereka benar-benar NYATA menumpulkan kreatifitas berfikir. Begitu sangat NYATA, bagi yang mau berfikir.

Pelajaran psikologi sekarang sudah mulai mengikis perlahan kekuatan-kekuatan filosofisnya dalam upaya memahami manusia lebih dalam. Kita berada pada masa tuntutan hal teknis. Psikologi sekarang, di kampus menjijikkan ini, kamu akan dilatih menjadi manusia tanpa fikiran, bersembunyi di balik alat dan teori dimana sebagian kecil diantaranya tidak masuk akal.

Ok maka dari itu saya memutuskan banyak keputusan besar yang terkesan bermalas-malasan, lari dari masalah, pragmatis. Padahal jalan yang mereka lalui bisa jadi tidak benar. saya akan menjual pemahaman pada orang tua. Jika saya tidak begini maka cobalah hentikan otak saya, coba hentikan perasaan saya, coba hentikan stok buku di malang, coba bunuh saya.


Tenang pak bu. Kalian tidak mengetahui di belakang dari jam-jam tidak menyenangkan itu, saya menyusun banyak strategi. Strategi ini sederhana tujuannya, tapi entah kenpa begitu sulit. Yang penting saya bisa mempertahankan kemanusiaan ku, akan kulakukan apapun yang tergores dalam hal-hal baik yang harus diperjuangkan sesuai identitas diri, sesuai jati diri, sesuai manusia. 



Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.