Senin, 16 November 2015

TETAPLAH


Selalu saja saya, atau mungkin sebagian besar dari kita terjebak dalam penilaian-penilaian tumpul. Bagaimana mungkin kita menilai suatu hal dalam amatan sepintas, apalagi menilai manusia. Manusia adalah makhluk terumit yang terlanjur diciptakan. Gagasan dan teori apapun bisa ditempelkan padanya. Dan uniknya dari kacamata manapun kita melihat, manusia mampu memenuhi semuanya, dan mampu untuk tidak memenuhi semuanya. Atau manusia pada dasarnya kerumitan itu sendiri? Lantas kita selalu memberikan kesimpulan kepada manusia lain pada setitik waktu dalam hidupnya. Ayolah.... 24 jam sehari, 365 hari setahun, berapa banyak orang yang dia temui, berapa banyak inspirasi yang didapat, bagaimana gesekan lingkungan yang dihadapi? Dan setelah bercengkrama pada sebuah titik kecil di waktu umurnya kau mengatakan baik, buruk, pintar, bodoh, hebat, biasa. kasian

Siapa manusia paling sunyi di dunia ini? Merekalah orang-orang yang memutuskan dirinya untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia yang memutuskan untuk berfikir. Namun sayangnya, kedalaman dalam berfikir selalu ditumpulkan oleh lingkungan. Manusia yang berfikir dalam berarti sudah siap atau mau tak mau siap untuk mengalami banyak kekecewaan, karena menjadi minor. Lihat saja puisi-puisi mengalir dari pesajak seperti Rendra, Saut, Gusmus, Chairil Anwar, lihat saja pemikir-pemikir besar menyatakan diri seperti Galileo, Descartes, Marx, Nietzche, lihat saja penemu-penemu besar merasakan seperti Einstein, Edison dan masih banyak manusia lain, yang menganggap dunia ini penuh dengan kesepian. Kalian yang merasakan sepi akan kesendirian? Kalian tidak sendiri
Namun tetaplah bermanusia, tetaplah gunakan topeng-topeng itu. Diluar sana terlalu kejam, terlalu sadis. Tetaplah melakukan, tetaplah memberi. Diluar sana membutuhkan. Apa sebenarnya yang dicari dalam hidup ini? Itu tidak sesimpel makan, minum, beranak, senyum, dan mati. Semua saling membutuhkan. Namun seringkali tanggung jawab hanya muncul diwilayah kesadaran. Namun sejauh mana kesadaran mampu dibatasi?


Tetaplah sepi, tetaplah sadar, tetaplah hidup


Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

1 komentar:

 
biz.